Transkrip Wawancara Dengan Bu Ratnadian



Penulis:Amelia tri Amanda,Dwi Cahyoningrum,Faizatul Fitriyah,Risma Wati,Yunia Fatikhatin Nadia.

Pada hari Rabu tanggal 26 Januari 2022, pukul 10.00-11.45 WIB kami menuju lokasi tepatnya di Dukuh Semangkon,Desa Tempaling guna mewawancarai Ibu Bidan tentang pandemi covid 19. Beliau adalah Ibu Ratna Dian. Berikut ini merupakan transkrip wawancaranya. 

Risma: "Sejak kapan pandemi covid 19 berlangsung di daerah ini?"

Bu Dian: "Mulai yang posistif tahun 2020, sudah merajalela di Indonesia Desember 2019."

Nadia: "Bagaimana respon awal masyarakat saat terjadi pandemi?"

Bu Dian: "Masyarakat banyak yang tidak percaya karena covid tidak nyata nggeh, tidak seperti barang atau apapun yang kelihatan. Tapi untuk lama kelamaan, mereka pun tidak menerima kenyataan dalam pemeriksaan covid pun, kami sudah ada tata cara dan prosedur tersendiri. Jadi memang itu benar-benar terjadi."

Risma: "Bagaimana respon masyarakat tentang kebiaasaan baru tentang pakai masker, cuci tangan pakai sabun, jaga jarak, dan menggunakan handsaintaizer?"

Bu Dian: "Untuk kegiatan itu masyarkat sendiri biasanya, mereka bilang kalau pakai masker iku pengap ya. Kalian snediri snediri juga merasakan kalau pakai masker itu pengap, untuk cuci tangan kadang dilakukan kadang tidak, untuk menghindari kerumunan insya Allah sudah bisa melaksanakan. Dan untuk yang menggunakan handsaintaizer sudah bisa melakukannya."

Nadia: "Apa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Desa saat terjadi puncak pandemi?"

Bu Dian: "Puncak pandemi biasanya Desa itu mendata masyarakat atau warga kumpulan dari perantauan, misalnya dari Surabaya. Di data itu siapa saja, terus nanti disuruh isolasi di Rumah, terus kalau seandainya dia positif kita buatkan tempat isolasi di dekat balai desa."

Risma: "Apakah terjadi pelanggaran bagaimana solusinya?"

Bu Dian: "Masyarakat melanggar, ya namanya masyarakat dan kita juga tau kalau memang masa pandemi ini ekonomi semakin menurun, dan banyak masyarakat yang melanggar karena kita memang hidup butuh uang dan makan. Solusinya kita kan ada dana pemerintah. Membuat kebijakan bantuan BLT, dari dana desa juga ada. Tapi, namanya masyarkat banyak anak banyak kebutuhan. Ada yang tidak melakukan kegiatan di luar rumah tapi ada juga yang melakukan kegiatan diluar rumah."

Nadia: "Tindakan apa yang dilakukan Bu Bidan saat terjadi puncak pandemi?"

Bu Dian: "Kita mengunjungi kerumah yang positif covid itu dan kita memberikan edukasi dan memberikan penjelasan, untuk warga disuruh isolasi, dan untuk keluarga dilakukann tes covid, Keluarga yang kontak erat dengan pasien covid."

Risma: "Golongan usia berapa yang rentan terkena covid 19?"

Bu Dian: "Untuk golongan umur, untuk yang rentan terkena covid biasanya usia lansia 60thn ke atas. Tapi kita semua harus waspada, tergantung kita melaksanakan kegiatan untuk berjaga jarak.

Nadia: "Bagaimana respon masyarakat ketika di berlakukan isolasi pada pasien yg terkena covid?"

Bu Dian: "Untuk masyarakat sudah patuh karena memang kita benar-benar melaksanakannya itu ,emm gimana ya?,kita benar-benar melakukan untuk keluarga yang terkena covid di isolasi. Itu kita dari pihak desa juga memberikan bantuan berupa sayuran, masak-masakan, atau bahan-bahan yang bisa di masak."

Risma: "Bagaimana suasana yang diarasakan pada saat lockdown puskesmas atau rumah sakit?"

Bu Dian: "masyarakat bingung karena mereka mencari petugas kesehatan kan tidak ada, mestinya mereka kebingungan nggeh, karena kalau mau berobat kesulitan."

Nadia: "Bagaimana suasana yang dirasakan pasien banyak yang meninggal?"

Bu Dian: "Tetap untuk masyarakat, kalau ada yang meninggal mereka meras takut, memang kenyataannya sudah ada yang seperti itu."

Risma: "Bagaimana respon masyarakat ketika pemerintah mewajibkan vaksin covid?"

Bu Dian: "Masyarkat banyak yang melaksanakan dan melakukan vaksin. Tapi untuk desa Tempaling ini, ada juga yang lansia takut karena mereka sudah memiliki penyakit banyak."

Nadia: "Apa yang dirasakan masyarakat setelah melakukan vaksinasi?"

Bu Dian: "Biasanya masyarakat kalau setelah divaksin dia meraskan ada yang demam, ada yang batuk pilek, ada yang muntah-muntah juga. Ada, tapi itu kan efek dari vaksin itu, dan itu pun tergantung kekebalan diri tubuh kita masing-masing ada yang merasakan ada yang tidak."

Risma: "Sepertinya covid ada varian baru yaitu omicron contoh gejalanya seperti apa?"

Bu Dian: "Untuk omicron gejalanya seperti batuk pilek biasa, dan juga masih bisa membau, atau masih bisa mencium kalau yang dulu yang delta kan nggak bisa, kalau omicron itu dia bisa mencium seperti batuk pilek biasa."

Nadia: "Lalu bagaimana cara mencegah penularannya? Apakah sama seperti covid yang sebelumnya?"

Bu Dian: "Untuk omicron varian terbaru untuk mencegahnya sama seperti virus sebelumnya seperti memakai masker, berjaga jarak, cuci tangan, kalau terutama untuk saya memakai masker ya karena kan untuk Rembang sudah masuk level 1, dan masyarakat sudah banyak tidak pakai masker nggeh. Seharusnya memakai masker tetap no.1 nggeh."

Risma: "Vaksin jenis apa yang akan di berikan setelah vaksin ke 2?"

Bu Dian: "Biasanya untuk booster, kita namanya buuster ya, yang kemarin sudah dilakukan memakai buuster modern."

Nadia: "Apakah ada efek samping berbeda dari vaksin sebelumnya?"

Bu Dian: "sama, untuk vaksin ini efeknya lebih berat sih menurut saya dari pada vaksin sinovac."

Risma : "Apa harapan ibu tentang masalah covid 19?

Bu Dian: "Harapan kami harapan saya untuk covid ini segera berakhir dan kita tidak pengap menggunakan masker dan tidak was-was memikirkan covid karena kita sudah terlalu lama nggeh mengalami pandemi."



Demikian transkip wawancara kelompok kami, dan kami mengucapkan terima kasih.

*Penulis: adalah Siswa SMA N 1 PAMOTAN kelas XI IPS 2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGARUH WISATA KARANG JAHE DALAM PERUBAHAN SOSIAL

Integrasi Sosial Dengan Tema Media Rempah Yang Ada Di Ruang Pamer SMA N 1 PAMOTAN.

REMPAH-REMPAH DI INDONESIA DAN MANFAATNYA